Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Memelihara Perkutut : Antara Keberuntungan dan Kesialan

Tradisi Memelihara Perkutut : Antara Keberuntungan dan Kesialan - Sudah bukan rahasia lagi, burung perkutut dianggap hewan peliharaan yang suara anggungannya  menentramkan hati. Suara anggungannya memberikan suasana tenang, santai, dan teduh di hati pemiliknya. Hal ini sudah dipercaya sejak zaman dahulu dimana perkutut dianggap penghubung antara manusia dan alam semesta. 

perkututpedia.com
Perkututpedia.com

Tidak hanya itu, masyarakat Jawa telah mempercayai bahwa burung ini memiliki kekuatan gaib yang luar biasa. Bahkan bisa mempengaruhi karakteristik dan keadaan pemiliknya.  Hal ini bisa dilihat berdasarkan ciri mathi atau katuranggan perkutut yang dimiliki. Mitos perkutut yang beredar di masyarakat adalah perkutut bisa membawa keberuntungan atau pun kesialan bagi yang memeliharanya. 

Legenda Perkutut sebagai Hewan Peliharaan Mistis

Sejarah perkutut sebagai peliharaan yang kental dengan hal mistis diawali pada masa kejayaan kerajaan Padjajaran. Saat itu, raja yang memerintah adalah Prabu Siliwangi, ia memiliki putra bernama Mortaeng Sari. Saat hendak melakukan perjalanan ke kerajaan Majapahit di wilayah timur, ia menyamar menjadi seekor burung perkutut.

Hal ini dilakukan untuk menyusup ke Majapahit. Legenda menyebutkan bahwa yang mengetahui penyamaran pangeran saat itu hanyalah raja Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya. Singkat cerita, Sang Pangeran menjadi perkutut dari pagi hingg sore, sedangkan di malam hari Ia kembali ke wujud aslinya. Kemudian pangeran Padjajaran tersebut terbang jauh dan tidak kembali lagi.

Sang Putri pun merasa gelisah akan sosok perkutut yang telah diberi nama Joko Mangu tersebut. Setelah itu, Ia memohon kepada ayahnya, Prabu Brawijaya untuk segera mengerahkan pasukan untuk mencari dan menangkap Joko Mangu. 

Prabu Brawijaya memenuhi permintaan Sang Putri lalu menyamar sebagai rakyat biasa untuk mencari Joko Mangu sampai ketemu. Sang prabu dalam pengembaraannya tiba-tiba mendengar suara anggungan khas Joko Mangu. Seorang yang menangkapnya adalah Ki Ageng Paker. Hal inilah yang membuat daerah tersebut dinamai Desa Paker sampai saat ini. 

Pendek cerita, perkutut tersebut kemudian diserahkan kepada Prabu Brawijaya. Sebagai gantinya, Sang Prabu memberikan Ki Ageng Paker waluh untuk dikupas dan disayur oleh kakak perempuannya.

Ketika waluh tersebut hendak diolah, terjadi hal di luar dugaan. Waluh tersebut berisi emas berlian yang berharga. Tempat kakak perempuan Ki Ageng Paket hingga kini dikenal sebagai Kotagede. Daerah ini dikenal banyak ditemukan pengrajin emas, perak, dan berlian. Di kota ini pula, banyak ditemui penggemar perkutut dan jenis burung anggungan lainnya. 

Waluh berisi berlian tersebut mengartikan bahwa perkutut unggul berkualitas bagus bisa dihargai mahal. Bahkan bisa dibarter dengan emas, perak, hingga berlian. 

Baca juga : Perkutut Majapahit, Perkutut Pilihan Sebagai Klangenan

Memelihara Perkutut : Antara Keberuntungan dan Kesialan

Panjangnya sejarah perkutut sebagai hewan peliharaan dibarengi dengan hal gaib yang menyertainya. Berikut beberapa jenis ciri mathi perkutut yang dipercaya mendatangkan rezeki dan menaikkan pangkat :

Perkutut yang manggung menyongsong terbitnya matahari (gedong mango).

Perkutut yang menggung menyertai terbenamnya matahari (gedong minep)

Perkutut yang dilihat dari susunan bunyinya (widana sreku atau widah sana gasta gasti).

Perkutut yang berbulu putih di tengah kepala (satria kinayungan).

Perkutut dengan jambul di kepala (songgo ratu).

Perkutut dengan ekor 15 lembar (pandawa mijil).

Perkutut yang amtanya bersinar kuning (mercu jiwo).

Perkutut dengan bulu putih di sekujur tubuhnya dianggap sebagai rajanya perkutut.


Sedangkan perkutut yang dianggap tidak baik dipelihara karena memberikan pengaruh buruk pada pemiliknya antara lain :


Perkutut yang ekornya terdapat satu bulu putih (buntel mayit).

Perkutut berbulu semu merah (brahma susur).

Perkutut kuning kemerahan (brahma labuh geni).

Perkutut semu hitam (wisnu kucem).

Perkutut dengan bulu pundak putih (candala sabda).

Perkutut yang manggungnya di tengah malam (durga duwuh).

Perkutut yang manggung di siang dan malam (durga ngerik).

Itulah teman-teman semua sedikit ulasan mengenai memlihara perkutut yang memang sudah tradisi dari nenek moyang kita. Terutama di tanah Jawa, tradisi memelihara perkutut memang sangat kental sekali. Sehingga sangat banyak dan umum sekali di kalangan masyarakat begitu memahami bagimana cara merawat perkutut yang baik dan benar.

Posting Komentar untuk "Tradisi Memelihara Perkutut : Antara Keberuntungan dan Kesialan"